Nicolaus Copernicus 1473-1543 |
Selama berada di Italia, Copernicus
sudah berkenalan dengan ide-ide filosof Yunani Aristarchus dari Samos (abad ke-13 SM). Filosof ini berpendapat
bahwa bumi dan planit-planit lain
berputar mengitari matahari. Copernicus jadi yakin atas kebenaran hipotesa
"heliocentris" ini, dan
tatkala dia menginjak usia empat puluh tahun dia mulai mengedarkan buah
tulisannya diantara teman-temannya dalam bentuk tulisan-tulisan ringkas,
mengedepankan cikal bakal gagasannya sendiri tentang masalah itu. Copernicus
memerlukan waktu bertahun-tahun melakukan pengamatan, perhitungan cermat yang
diperlukan untuk penyusunan buku besarnya De Revolutionibus Orbium Coelestium
(Tentang Revolusi Bulatan Benda-benda Langit), yang melukiskan teorinya secara
terperinci dan mengedepankan pembuktian-pembuktiannya.
Di tahun 1533, tatkala usianya
menginjak enam puluh tahun, Copernicus mengirim berkas catatan-catatan
ceramahnya ke Roma. Di situ dia mengemukakan prinsip-prinsip pokok teorinya
tanpa mengakibatkan ketidaksetujuan Paus. Baru tatkala umurnya sudah mendekati
tujuh puluhan, Copernicus memutuskan penerbitan bukunya, dan baru tepat pada
saat meninggalnya dia dikirimi buku cetakan pertamanya dari si penerbit. Ini
tanggal 24 Mei 1543.
Dalam buku itu Copernicus dengan
tepat mengatakan bahwa bumi berputar
pada porosnya, bahwa bulan berputar
mengelilingi matahari dan bumi, serta planet-planet lain semuanya berputar
mengelilingi matahari. Tapi, seperti halnya para pendahulunya, dia membuat
perhitungan yang serampangan mengenai skala peredaran planet mengelilingi
matahari. Juga, dia membuat kekeliruan besar karena dia yakin betul bahwa orbit
mengandung lingkaran-lingkaran. Jadi, bukan saja teori ini ruwet secara
matematik, tapi juga tidak betul. Meski begitu, bukunya lekas mendapat
perhatian besar. Para astronom lain pun tergugah, terutama astronom
berkebangsaan Denmark, Tycho Brahe, yang melakukan pengamatan lebih teliti dan
tepat terhadap gerakan-gerakan planet. Dari data-data hasil pengamatan inilah
yang membikin Johannes Kepler
akhirnya mampu merumuskan hukum-hukum gerak planet yang tepat.
Sistem alam semesta Copernicus
Meski Aristarchus lebih dari tujuh
belas abad lamanya sebelum Copernicus sudah mengemukakan persoalan-persoalan
menyangkut hipotesa peredaran benda-benda langit, adalah layak menganggap
Copernicuslah orang yang memperoleh penghargaan besar. Sebab, betapapun
Aristarchus sudah mengedepankan pelbagai masalah yang mengandung inspirasi,
namun dia tak pernah merumuskan teori yang cukup terperinci sehingga punya
manfaat dari kacamata ilmiah. Tatkala Copernicus menggarap perhitungan matematik
hipotesa-hipotesa secara terperinci, dia berhasil mengubahnya menjadi teori
ilmiah yang punya arti dan guna. Dapat digunakan untuk dugaan-dugaan, dapat
dibuktikan dengan pengamatan astronomis, dapat bermanfaat di banding lain-lain
teori yang terdahulu bahwa dunialah yang jadi sentral ruang angkasa.
Jelaslah dengan demikian, teori
Copernicus telah merevolusionerkan konsep kita tentang angkasa luar dan
sekaligus sudah merombak pandangan filosofis kita. Namun, dalam hal penilaian
mengenai arti penting Copernicus, haruslah diingat bahwa astronomi tidaklah
mempunyai jangkauan jauh dalam penggunaan praktis sehari-hari seperti halnya
fisika kimia dan biologi. Sebab, hakekatnya orang bisa membikin peralatan
televisi, mobil, atau pabrik kimia modern tanpa mesti secuwil pun menggunakan
teori Copernicus. (Sebaliknya, orang tidak bakal bisa membikin benda-benda itu
tanpa menggunakan buah pikiran Faraday, Maxwell, Lavosier atau Newton).
Tetapi, jika semata-mata kita
mengarahkan perhatian hanya semata-mata kepada pengaruh langsung Copernicus di
bidang teknologi, kita akan kehilangan arti penting Copernicus yang
sesungguhnya. Buku Copernicus punya makna yang tampaknya tak memungkinkan baik
Galileo maupun Kepler menyelesaikan kerja ilmiahnya. Kesemua mereka adalah pendahulu-pendahulu yang penting dan menentukan bagi Newton, dan penemuan merekalah yang membikin
kemungkinan bagi Newton merumuskan hukum-hukum gerak dan gaya beratnya. Secara
historis, penerbitan De Revolutionobus Orbium Coelestium merupakan titik tolak
astronomi modern. Lebih dari itu, merupakan titik tolak pengetahuan modern.
Situs Web
Seratus Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat
--------------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment
Terima kasih Anda sudah mengunjungi blog saya, sekarang silahkan komentar